When you wrote a letter for me
One day..when I decide to turn back for a while, I'll come to this site to find your first love letter on Valentine's day and thank God for all the bumpy roads we've gone through..
Thank for loving me with all my curves and edges, Joseph.. Thank for being my humble carpenter..
Honey-Va, Feb., 2009
Untuk seorang kekasih,
Hidupku hari ini terus menyadarkanku akan sebuah rasa syukur tak berkesudahan untuk banyak hal baik dalam diriku. Mengenalmu dengan keseluruhan dimensimu bukanlah sebuah pelengkap, namun lebih merupakan kulminasi, representasi terbaik semua kebaikan itu. Pertemuan dan kebersamaan fisis yang sebentar itu sudah cukup memenuhi keseluruhan memori penceritaanku tentang kebahagiaan. Kebahagiaan yang selalu ingin kuceritakan, terlebih dengan dirimu, bercerita tentang cinta, dan menghidupinya, hanya bersamamu.
Kisah itu, untuk sebuah pemenuhan defenisi literalnya mungkin baru diukir. Mungkin masih terlalu dini orang berpikir tentang sebuah memori, kenangan yang membekas, tapi tidak dengan kisah ini. Ada banyak sisi indah dirimu yang mengusik sensivitas rasa ini dan membuatnya enggan menghapusnya dari ingatan. Ku tak ingin ada sejarah yang berdiri sendiri di sana sebagai masa lalu, tapi sebagai sebuah kenyataan waktu dan ruang yang terus dihidupi bersama, denganmu seorang.
Kekasih,, adalah sebuah pertaruhan besar ketika orang membicarakan kejujuran, namun untuk sebuah kejujuran yang tersisah dari diriku, kuakui betapa pentingnya hadirmu. Untuk sebuah ketulusan yang ada padaku, kutawarkan rasa ini. Rasa yang hadir untuk dirinya, tak terdefenisikan. Selalu sulit kutemukan bagaimana membahasakannya, meyakinkanmu betapa kutak ingin khilanganmu.
Sunyi ini, kesunyian geografis ini hanya bisa dimentahkan oleh adamu,bahkan ketika adamu itu hanya hadir dalam ingatan. Tapi hidup sudah memungkinkan kenyataan ini untuk banyak hal yang sulit kita pahami. Kuyakini selalu ada ruang untuk bertemu denganmu, tidak hanya secara fisis. Ruang di mana hanya hati kita yang bicara. Kisah ini masih selalu bisa dihidupi untuk apapun kenyataan itu, sebisa kebanggaan ini akan sebuah optimisme yang selalu kudengar dari bibirmu. “Bertemu dan menyayangimu bukanlah sebuah kebetulan”, selalu bisa menepis pesimismeku tentang kemungkinan terus bersamamu. Aku ingin terus bersamamu untuk banyak pertanyaan yang belum terjawabkan di masa depan. Aku merindukanmu, sangat!
Nona, bahwa cinta hadir sebagai sebuah kebutuhan psikis sudah tak terbantahkan sebagaimana sebuah fakta bahwa aku juga membutuhkanmu. Membuthkanmu bukan hanya sekedar sebagai pemuas sepinya rasa ini, tapi juga karena sebuah kesadaran betapa tak berartinya sebuah kenyataan itu tanpa hadirmu disampingku. Ada sebuah nilai yang hilang ketika kutak berbagi kenyataan itu denganmu. Adamu selalu merupakan sebuah kepenuhan bagi setiap kenyataan yang menghampiriku. Mengenal dan mencintaimu telah meyakinkanku untuk sebuah keterlibatanmu yang intens dalam pengartian diriku tentang hidup. Aku ingin kamu selalu ada di sana, menemaniku memahami rumitnya hidup.
Honey-vaku
Valentine dulu menulis surat untuk kekasihnya. Dalam ruang geraknya yang sempit cintanya justru lebih “sombong” menemukan pemenuhannya. Jelas bahwa batasan fisis dan geografis tidak pernah mematikan sebuah cinta, justru bahkan menghidupinya lebih intens. Ruang dan waktu itu terlalu miskin untuk mematikan cinta ini. Bukankah cinta sejati melewati berbagai batasan? Hari ini kutulis sebuah surat juga untukmu, dari kejauhan. Bukan karena Valentine dulu pernah menilis surat untuk kekasihnya. Tapi bahwa aku ingin menulis untukmu, untuk kekasihku. Sebuah surat yang mengisyaratkan isi hati, sebuah rasa yang tak pernah mati, sebuah kerinduan yang sulit menemukan tepiannya, bahwa aku menyayangimu, membutuhkanmu, sungguh, MY HANIVA!!!
Komentar
Posting Komentar