Terinspirasi Untuk Menginspirasi

“Apa cita-citamu?”  “ Kalau sudah besar mau jadi apa? “
Pertanyaan-pertanyaan klasik seperti ini sudah tidak asing lagi bagi kita karena ini yang selalu kita dengar sejak kita kecil. Banyak orang ingin tahu kelak kita akan jadi apa atau apa yang menjadi impian kita. Uniknya, selalu ada jawaban yang bervariatif untuk pertanyaan ini. Jawaban itu adalah dokter, pilot, astronot, perawat, dokter gigi, dokter hewan, dan beberapa profesi terfavorit lainnya. Mengapa profesi-profesi ini menjadi begitu difavoritkan oleh anak-anak? Salah satu dari sekian banyak kemungkianan adalah karena anak-anak terinspirasi dari figur yang mereka lihat seperti ayah, ibu, atau saudara yang bergelut dengan profesi tersebut ataupun yang mereka nonton dari televisi dan akhirnya itu menjadi patokan untuk cita-cita mereka. Idola, inspirasi, semuanya berawal dari hal yang sederhana ini.

Sama halnya dengan semua anak-anak lain, saya juga memiliki cerita tentang cita-cita masa kecil. Ketika masih kecil jawaban klasik yang sama juga saya lontarkan untuk setiap pertanyaan tentang cita-cita. Akan tetapi ketika memasuki usia remaja semua itu berubah. Saya semakin bingung mau jadi apa kelak kalau sudah besar. Di tengah begitu banyak pilihan program studi di perguruan tinggi dan peluang kerja yang semakin kompetitif, satu sosok telah menginspirasi saya untuk membuat pilihan yang tidak pernah saya sesali yakni menjadi seorang guru. 

Pak Willem Berybe, yang sering kami sapa pak Willem adalah guru bahasa Inggris di SMA Katolik Giovanni Kupang, tempat saya dulu mengenyam pendidikan menengah. Beliau adalah sosok yang telah menginspirasi saya untuk mencintai dunia pendidikan. Ketekunan, kecerdasan, kesetiaan dan sifat kebapakannya membuat dia menjadi guru yang dicintai oleh anak-anak sekolah. Dia tidak pernah lalai mengajar. Sangat jarang mendengar beliau tidak masuk sekolah karena sakit. Bahkan dulu saya sempat berpikir bahwa mungkin kata ‘sakit’ tidak pernah ada dalam kosa kata hidupnya . Dia selalu sabar menghadapi kami remaja-remaja yang sedang mencari jati diri dengan jiwa pemberontak. Selalu tenang menghadapi tingkah laku kami yang cukup memusingkan.

Dari sekian banyak pengalaman dan cerita masa SMA, ada satu pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan tentang beliau. Hal ini bermula dari jiwa pemberontak remaja dan rasa ingin tahu seperti apa rasanya bolos. Maka saya dan beberapa teman akhirnya coba-coba bolos mata pelajaran terakhir, yang kebetulan saat itu adalah mata pelajaran bahasa Inggris. Pertama kali bolos, hati saya dipenuhi dengan rasa takut dan bersalah. Takut dihukum guru dan rasa bersalah terhadap guru yang kelasnya tidak saya ikuti terus menghantui saya sehingga akhirnya saya membujuk teman-teman yang bolos untuk pergi menemui guru bahasa Inggris dan meminta maaf. Teman-teman saya pun setuju karena takut mendapat surat panggilan orang tua. 

Setelah bel pulang berbunyi, kami masuk ke ruang guru untuk bertemu dengan Pak Willem. Kami seperti domba yang siap untuk disembelih. Waktu itu dalam pikiran saya mau dihukum apa pun saya siap asal jangan dikasih surat panggilan orang tua. Tepat saat kami berdiri di depan beliau, dengan senyum tulusnya yang selalu menjadi ciri khas utamanya dia bertanya untuk apa kami datang. Saya yang saat itu adalah ketua kelas langsung menjelaskan alasan kedatangan kami bahwa kami ingin meminta maaf karena telah bolos mata pelajaran Bahasa Inggris. Sambil tetap tersenyum dia pun merespon permintaan maaf kami. Dia menghargai kejujuran dan keberanian kami untuk datang meminta maaf dan memberi maaf pada kami serta meminta kami berjanji untuk tidak bolos lagi. 

Tetapi hari itu ada satu bagian penting selain pemberian maaf yang sangat menyentuh hati saya dan sekaligus membelajarkan saya. Dia mengatakan bahwa dia merasa prihatin karena kami melewatkan materi yang dia ajarkan hari itu. Dia merasa suasana kelas begitu tenang dan dia dapat mengajar dengan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menenangkan kelas, tetapi dia masih sempat mengkhawatirkan kami yang bolos. Dia masih sempat memikirkan kami, memikirkan hal yang bahkan kami sendiri tidak pernah pikirkan. Hati saya tersentuh dengan kepeduliannya dan sejak saat itu saya bertekad bahwa saya tidak akan mau mencoba bolos lagi untuk mata pelajaran apapun. 

Cerita seperti ini mungkin terdengar sangat sederhana bagi beberapa orang. Akan tetapi di balik kesederhanaan ini selalu ada hal berharga untuk dipelajari. Menjadi guru yang dapat menginspirasi murid tidak selalu harus dengan hal-hal yang besar. Pak Willem mengajarkan saya tentang kesederhanaan itu yakni menjadikan murid sebagai pribadi terpenting dalam hidupnya. Dengan tidak pernah alpa mengajar dan mengkhawatirkan keadaan kami, ia telah menunjukan kepedulian yang mendalam akan masa depan kami. Bahkan saat kami sendiri tidak menganggap hal itu penting, dia hadir untuk mengingatkan saya bahwa masa depan saya begitu penting baginya dan karena itu harusnya itu juga menjadi hal yang penting bagi saya.  

Dan pada akhirnya ketika pilihan untuk masuk universitas itu datang, saya mengingat kebaikan sederhana yang telah dia teladankan kepada saya. Ini yang  kemudian mendorong saya untuk menjadi guru bahasa Inggris guna meneruskan perjuangannya menyentuh hati anak-anak didik. Menginspirasi murid-murid di kelas, menyentuh hati mereka, mengubah pola pikir mereka, membuat mereka sadar bahwa masa depan mereka begitu penting dan karena itu guru hadir untuk mendorong mereka maju meraih impian mereka adalah tugas yang ingin saya laksanakan sebagai seorang pendidik. 

Selalu ada cara bagi seorang guru untuk mengispirasi murid-murid mereka. Cerita saya hanya satu dari sekian banyak cerita tentang guru-guru luar biasa yang telah memberikan dampak jangka panjang dalam hidup anak-anak didik mereka. Sama halnya dengan teladan kecil yang sudah ditunjukan guru saya dan menginspirasi saya untuk melakukan hal yang sama pada murid-murid saya hari ini, anda dan siapa saja dapat melakukannya. Perhatian yang kita berikan bagi siswa-siswi, sapaan selamat pagi atau menanyakan kabar mereka dan menempatkan mereka sebagai orang yang penting bagi hidup kita dapat menginspirasi anak-anak didik kita. Sehingga suatu saat nanti ketika mereka meninggalkan bangku sekolah untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, inspirasi kecil yang telah kita berikan akan terus mempengaruhi setiap tindakan yang mereka ambil, dan tentunya memiliki dampak jangka panjang. 

Hari ini saya menulis sebagai seorang guru yang telah diinspirasi oleh gurunya di masa SMA untuk menginspirasi anak-anak didik yang dipercayakan kepadanya. Terima kasih untuk pak Willem dan teladan kecilnya. Saya selalu bangga telah menjadi salah satu bagian kecil dari dunianya. Karena bagi saya guru bukan hanya seorang pahlawan tapi mereka adalah inspirasi dunia.


Komentar

  1. Thank you so much for your impressive words in 'Terinspirasi untuk menginspirasi' (15 Oktober 2012). As I read it again and again I try to trace back to those wonderful times of being a teacher in Giovanni. But, what makes me so proud is that your work as English teacher at MSC Senior High School is a right choice. You have a very good English and, of course, you are expected to be an inspiring English teacher rather than a mere one. More than that, I still hope that once you will hold a master degree (S2). Try to seek scholarship from any source. Teachers with S1 degree will be common while those masters are really in great demand. You are still young and the opportunity is opened. I believe you can. Happy new year 2013 and GBU.
    BTN,Kolhua,January 4, 2013
    Willem B Berybe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Easter (7 words on the cross)

If "Hot Blooded Woman" was made into a Drama"

When God says 'Not Yet' (again)